Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du:
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al-Ahzab: 35)
Diriwayatkan oleh Al-Turmudzi di dalam kitab sunannya dari hadits Ummu Imarah Al-Anshoryah radhiallahu ‘anha bahwa ia mendatangi Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Aku tidak melihat segala sesuatu kecuali dikhususkan bagi kaum pria, dan kau tidak melihat susuatu apapun yang secara khusus menyebutkan tentang perkara wanita. Lalu turunlah ayat ini:
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ
Dan inilah sebagian wasiat yang aku wasiatkan kepada sebagian saudara-saudaraku yang beriman semoga Allah memberikan manfaat dengannya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.( QS. Al-Taubah: 71).
Wasiat Pertama:
Berpegang teguh dengan tauhid dan waspada terhadap syirik.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 256).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (QS. Luqman: 22)
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata, “Pondasi dan dasar din Islam adalah dua perkara yang besar, yaitu:
Pertama: Perintah untuk beribadah kepada Allah semata dan menganjurkan berbuat seperti itu serta saling mecintai karena hal tersebut, juga mengkafirkan orang yang meninggalkannya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. Ali Imron: 64)
Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam untuk menyeru para ahli kitab agar mereka kembali kepada makna: (لا إله إلا الله) yaitu kalimat yang diserukan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam kepada bangsa Arab dan yang lainnya. Dan kalimat yang sama adalah (لا إله إلا الله) maksudnya tiada yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, maka tidak boleh berdo’a, meminta pertolongan, menyembelih dan bernazar atau ibadah yang lainnya kecuali diberikan kepada Allah, dan inilah dakwah para Rasul semoga Allah mencurahkan kesejahteraan kepada mereka.
Wasiat kedua:
Menjauhi syirik dalam beribadah kepada Allah, mewaspadai perkara tersebut dengan kewaspadaan yang tinggi, serta memusuhi orang yang syirik dan mengkafirkan orang yang melakukan syirik. Sebab tauhid tidak akan sempurna kecuali dengan hal ini, dan itulah agama para Rasul, mereka telah memperingatkan kaum mereka dari syirik, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut”.( QS. Al-Nahl: 36).
Syirik akan menghapuskan semua pahala dan amal, baik yang kecil dan yang besar, Allah tidak menerima apapun dari para pelaku syirik, tidak juga menerima perbuatan yang sifatnya wajib atau sunnah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. (QS. Al-Furqon: 23)
Di antara musibah yang membuat tubuh dan hati menjadi khawatir dan merupakan bahaya besar yang mengancam pondasi yang paling berharga bagi umat ini adalah apa yang ditayangkan oleh para musuh-musuh Islam melalui berbagai media elektronik, dan media lainnya berupa iklan-iklan yang menghancurkan dan mengarah kepada terciptanya keraguan kaum muslimin terhadap agama mereka sendiri, dan menggiring mereka kepada tindakan untuk meninggalkan agama mereka. Waspadalah! inilah bahaya yang pertama.
Bahaya kedua: Kita melihat tersebarnya para tukang ramal dan tukang sihir, dan banyak orang yang mendatangi mereka dengan tujuan berobat dan alasan lainnya. Maka tidak boleh bagi wanita yang beriman mengunjungi tempat-tempat paranormal, yaitu orang-orang yang menganggap dirinya mengetahui perkara-perkara yang gaib, untuk mengetahui jenis penyakit, sebagaimana mereka juga tidak boleh membenarkan apa yang dikatakan oleh dukun paranormal tersebut, sebab mereka cuma mengira-ngira tentang perkara yang gaib, atau mereka mendatangkan jin guna meminta tolong kepada mereka untuk memenuhi permintaan mereka. Mereka ini dihukumi dengan kafir dan sesat apabila mengatakan bahwa mereka mengetahui perkara yang gaib. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Shafiyah dari sebagian istri-istri Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Barangsiapa yang mendatangi paranormal dan bertanya tentang sesuatu maka dia tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh malam”.
Banyak bahaya lain yang mengancam umat ini dan tidak mungkin bisa keluar darinya kecuali dengan mewujudkan tauhid dan berpegang teguh padanya, mengetahui kesyirikan dan kekafiran serta waspada terhadap keduanya dan berlepas diri dari keduanya.
Wasiat yang ketiga:
Menjaga shalat baik rukun, syarat dan perkara-perkara yang wajib.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Peliharalah segala salat (mu), dan (peliharalah) salat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam salatmu) dengan khusyuk. (QS. Al-Baqarah: 238)
Shalat adalah ibadah yang paling pertama yang akan ditanya oleh Allah pada hari kiamat. Diriwayatkan oleh Al-Thabrani di dalam kitab Al-Mu’jamul Ausath dari Abdulllah bin Qarth bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perkara pertama yang akan dihisab oleh Allah terhadap hamba -Nya pada hari kiamat adalah shalat, jika shalatnya baik maka baiklah amal ibadah yang lain, dan jika rusak maka rusaklah semua amalnya yang lain”.
Dan perkara terakhir yang diwasiatkan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam pada saat beliau menghadapi sakartul maut adalah bahwa beliau bersabda, “Jagalah shalat, jagalah shalat dan apa-apa yang dimilki oleh tangan kanan kalian”.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam kitab sunannya dari Ubadah bin Shamit dia berkata, aku telah mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Shalat lima waktu yang telah diwajibkan oleh Allah atas hamba -Nya, maka barangsiapa yang mengerjakannya dan tidak menyia-nyiakannya karena meremehkan hak-haknya, maka Allah akan berjanji untuk memasukkannya ke dalam surga, dan barangsiapa yang tidak mengerjakannya maka tidak ada janji dari Allah untuk memasukkannya ke dalam surga, jika Allah berkehendak maka maka Dia akan menyiksanya dan jika dia berkehendak maka Dia akan memasukkannya ke dalam surga”.
Dan ketahuilah wahai saudariku seiman bahwa tidak akan sempurna keislaman seseorang sehingga dia mengerjakan rukun Islam yang lima. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Islam itu didirikan atas lima pondasi, bersaksi bahwa tiada zat yang lebih berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhamad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan berpuasa pada bulan ramadhan serta berhaji ke baitullah”.
Wasiat yang keempat:
Bertafaquh dalam agama.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Al-Zumar: 9)
Di dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Mu’awiyah RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah suatu kebaikan maka dia akan diberikan kepahaman dalam agama”.
Oleh karena itulah seorang wanita muslimah harus mendalami perkara agamanya dengan cara menghadiri pengajian dan ceramah-ceramah agama, mendengarkan kaset-kaset yang bermanfaat, membaca buku-buku yang berguna, dan yang terpenting adalah mengahafal kitab Allah, dia adalah puncak semua ilmu, sumber hikmah, taman bagi orang-orang yang shaleh, perisai dari kesesatan yang nyata serta beramal dengannya. Aisyah RA berkata: “Alangkah baiknya wanita-wanita Anshar, rasa malu tidak mencegah mereka untuk bertanya tentang urusan agama mereka”.
Wasiat kelima:
Bertaqwa kepada Allah dan muraqabah kepada -Nya dalam keadaan sunyi atau ramai, sebab taqwa kepada Allah adalah wasiat Allah bagi orang-orang terdahulu dan yang akan datang. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“..dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah”. (QS. Al-Nisa’: 131)
Dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam banyak berwasiat kepada para shahabatnya agar mereka bertaqwa kepada Allah, di dalam riwayat Irbadh bin Sariyah bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku berwasiat kepada kalian agar bertaqwa kepada Allah, hendaklah kalian mendengar dan taat”.
Dan waspadalah terhadap kemaksiatan baik yang kecil atau yang besar, dan Allah telah menjanjikan bagi orang yang meninggalkan dosa-dosa besar bahwa akan dihapuskan dosa-dosa kecil mereka dan akan dimasukkan ke dalam tempat yang mulia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (QS. Al-Nisa’: 31).
Wasiat yang keenam:
Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk(^) dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya,(^) dan ucapkanlah perkataan yang baik, (QS.Al-Ahzab: 32.)
Dan ini adalah perintah bagi istri-istri Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam untuk menjaga mereka dan juga bagi seluruh wanita-wanita muslimah lainnya Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Taubah: 71.)
Oleh karena itulah maka wajib bagi wanita muslimah untuk memperhatikan syi’ar Islam yang agung ini khususnya di rumah bersama anak-anak dan anggota keluarganya, lalu jika dia melihat pada diri saudaranya suatu kelalaian dalam ketaatan kepada Allah baik dalam pelaksanaan shalat dan puasa mereka atau dalam menjalankan hak-hak sebagai suami atau yang perkara lainnya maka hendaklah dia menasehati mereka dengan kata-kata yang baik, dan nasehat yang benar, dengan mencontoh para wanita dari kalangan shahabat, dan semoga Allah meredhai mereka semua.
Wasiat ketujuh:
Bersifat malu.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang Nabi Musa alaihissalam pada saat beliau membantu dua orang wanita untuk memberikan minum ternak mereka:
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan) mu memberi minum (ternak) kami". (QS. Al-Qoshos: 25)
Sangat disayangkan bahwa sifat malu sangat jarang dimiliki banyak wanita zaman sekarang ini, contohnya adalah keluarnya wanita ke pasar bersama supir sendirian atau memakai cadar yang diletakkan pada pertengahan hidung, cadar tersebut menutupi apa yang dibawah hidung namun menampakkan mata dan kening, atau memakai celana panjang di hadapan para wanita atau memakai pakaian abaya pada pundak atau memakai pakaian yang sempit dan terbuka atau bertelanjang. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dua golongan dari penghuni neraka yang tidak pernah aku saksikan, dan beliau menyebutkan salah satunya adalah:.....para wanita yang berpakaian namun telanjang, berjalan lenggak lenggok dan memikat, kepala mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak akan masuk surga dan tidak pula mendapatkan bau harumnya, padahal keharuman surga itu didapatkan dari jarak ini dan ini”.
Oleh karena itulah, maka wajib bagi wanita muslimah untuk waspada terhadap tipu daya musuh-musuh Allah terhadap diri mereka, mereka ingin agar para wanita hidup bebas, menjadi barang murahan di tangan-tangan mereka, mereka ingin mengebiri para wanita muslimah dari keimanan dan agama mereka dan keluar dari fitrah yang telah diciptakan oleh Allah. Oleh sebab itulah maka setiap wanita muslimah harus menyadari hal tersebut.
Wasiat kedelapan:
Memperbanyak shedeqah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. ( QS. Al-Nisa’: 114.)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (QS. Saba’: 39)
Di dalam Shahih Muslim dari Jabir bin Abdullah bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam memberikan peringatan kepada para wanita, dalam sabdanya, “Perbanyaklah bershedeqah sebab sebagian besar kalian adalah sebagai kayu bakar api neraka”.
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Dan memberi hadiah serta bersedeqah adalah perbuatan yang paling dicintai oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, dan kesenangan beliau saat memberi lebih besar dari kesenangan orang yang mengambil pemberian yang diberikan kepadanya, beliau adalah orang paling dermawan dengan kebaikan, tangan kanan beliau bagaikan angin yang berhembus kencang, dan apabila ada orang yang membutuhkan datang meminta maka beliau mendahulukannya dari kepentingan pribadinya, terkadang mendahulukan mereka dengan makanan, terkadang pula dengan pakaian dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk bersedeqah dan menganjurkan umatnya untuk melakukan hal tersebut, dan beliau mengarahkan umat ini kepadanya baik dengan harta dan perkataan beliau, oleh karena itulah maka beliau adalah manusia ciptaan Allah yang paling lapang dadanya, yang paling baik kehidupannya, paling halus hatinya dan shedeqah tersebut memiliki dampak yang sangat mengagumkan dalam menciptakan kelapangan dada”.
Dan shedeqah yang paling baik adalah shedeqah yang pahalanya tetap mengalir bagi para hamba walaupun dia telah meninggal dunia, itulah shedeqah jariyah, seperti menggali sumur, membangun mesjid, mencetak buku-buku agama, wakaf-wakaf yang pemanfaatannya untuk kemaslahatan sosial, yaitu untuk orang fakir dan miskin dan yang lainnya.
Wasiat kesembilan:
Menjauhi teman yang buruk.
Dan Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa manusia pada hari kiamat akan menyesal dengan teman yang buruk yang menyesatkannya dan menjauhkannya dari jalan kebenaran. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang lalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul." Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab (ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur'an ketika Al Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia. Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan". (QS. Al-Furqon: 27-30)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Zukhruf: 67.)
Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk sama seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Adapun penjual minyak wangi baik dia akan memberimu atau engkau membeli minyak wangi darinya atau engkau akan mendapat bau yang wangi darinya. Sementara tukang pandai besi baik dia akan membakar pakaianmu atau engkau akan mendapat bau yang buruk darinya”.
Banyak wanita yang gagal dalam pendidikannya karena teman yang buruk, banyak wanita yang kehormatannya terbengkalai dan hilang disebabkan oleh teman yang buruk, banyak wanita yang tenggelam dalam obat-obat terlarang dan mabuk-mabukkan dan berbagai bencana buruk yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan terlarang tersebut.
Oleh karena itulah aku berwasiat kepada saudariku yang beriman agar mereka tetap bersahabat dengan teman yang shaleh.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi
Source :
http://iloveAllah.com/
Label: Advise
0 Comments:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)